Kamis, 22 Juli 2010

Uskup Ruteng Mengunjungi Lokasi Tambang: Stop Keserakahan Manusia



Mgr. Hubertus Leteng, Pr menanam pohon perdamaian di bekas pertambangan Mangan PT Sumber Jaya Asia

RUTENG,-Kurang lebih tiga bulan sesudah ditahbiskan menjadi Uskup Ruteng, Mgr. Hubertus Leteng Pr berkenan mengunjungi bekas lokasi tambang PT Sumber Jaya di Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, Flores hari Rabu ( 21/7/2010). Kunjungan ke lokasi tambang diawali dengan Perayaan Ekaristi Ekologis di Kapel Gua Maria Torong Besi. Mgr. Hubertus Pr bertindak sebagai pemimpin Perayaan Ekaristi didampingi oleh Rm. Lorens Sopang Pr (Vikjen Keuskupan Ruteng), Pater Yan Juang SVD (Pastor Paroki Reo), Rm. Manfred Pr (Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Ruteng), Rm. Willy Gandi (Pastor Paroki Loce), Rm. Charles Pr (Ketua JPIC Keuskupan Ruteng), Rm. Beny Jaya Pr (Vikep Borong), Rm Ardus Pr, P. Simon Suban SVD (Ketua JPIC SVD Ruteng), P. Aleks Jebadu SVD, P Saka SVD dan Pater Mateus Batubara OFM (JPIC OFM). Liturgi ekaristi disusun secara tematis dengan corak Ekologis.

Liturgi yang disusun oleh P. Tobi OFM bersama Tim Ekopastoral Fransiskan itu amat kreatif dengan menggambarkan tentang kerusakan alam dan ajakan untuk melakukan pertobatan ekologis. Dalam perayaan Ekaristi juga ditampilkan fragmen oleh siswa/i SMA Katolik Reo. Tim Ekopastoral Fransiskan Pagal juga menyuguhkan lagu-lagu indah yang khas ekologis. Perayaan ekaristi ekologis sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari pribadi Santo Fransiskus dari Asisi karena beliaulah yang diangkat oleh Gereja menjadi Pelindung Ekologi. Oleh karena itu, sangatlah beralasan jika Patung Santo Fransiskus dari Asisi dalam perayaan ekaristi ekologis ini ditempatkan di sisi kiri altar.


Ki-Ka: Rm Beni Jaya, Pr, Mgr. Hubert Leteng, P Matius Batubara, OFM dan P Simon Suban, SVD. Bersatu menyelamatkan alam.
Mgr. Hubertus Pr dalam khotbahnya menegaskan bahwa semua manusia, semua hewan, semua tumbuhan ada dan hidup dalam lingkungan alam ini. Manusia tidak hidup sendiri di alam ini. Dalam penyampaian lisannya beliau juga mengutip keutamaan sosok Santo Fransiskus dari Asisi yang memandang semua makhluk ciptaan sebagai saudara. Oleh karena itu tak satu makhlukpun yang berhak memonopoli atas kehidupan. “Cukuplah sudah keserakahan manusia dan berhentilah sudah kerakusan orang-orang yang mempunyai uang, untuk tiada henti-hentinya mengeruk isi perut bumi ini dengan usaha tambang, jaga reno tana ho’o (awas! Hilang dan tenggelam tanah dan wilayah ini). Biarkanlah tanah ini, alam ini dan lingkungan hidup ini menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi ini,” tegas Mgr Hubert.

Sesudah perayaan ekaristi Bapak Uskup bersama umat melanjutkan ziarah dan berdoa di Gua Bunda Maria Torong Besi. Peziarahan kemudian dilanjutkan ke bekas lokasi tambang PT Sumber Jaya Asia. Lubang-lubang menganga yang ditinggalkan oleh para kapitalis pertambangan menyisahkan ratapan yang tak berujung. Ada luka yang amat sulit untuk disembuhkan. Sebagai bentuk penyembuhan terhadap luka yang ada Bapa Uskup bersama umat yang ikut berziarah ke bekas lokasi tambang itu bersama-sama menanam pohon perdamaian sebagai tanda berdamai dengan alam ciptaan.

Mgr Hubert Leteng, Pr bersama masyarakat berjalan di area bekas tambang PT Sumber Jaya Asia. Menyaksikan kehancuran alam oleh pertambangan.
Menjelang matahari menuju peraduannya, perjalanan Bapak Uskup ke lokasi tambang dilanjutkan ke Kampung Serise. Umat Serise beramai-ramau menyambut Gembalanya di depan rumah adat. Setelah acara Kapu (penyambutan tamu) Bapa Uskup larut dalam mendengarkan segala kesah dan harapan umat Serise yang mengharapkan agar PT Arumbai ditutup dari Kampung Serise karena mendatangkan penderitaan bagi semua warga. Janji kesejahteraan hanyalah tinggal janji.

Peristiwa 21 Juli 2010 adalah peristiwa bersejarah yang tidak akan pernah dilupakan dalam perjalanan sejarah Gereja Keuskupan Ruteng. Kecemasan, duka dan derita umat sekitar lingkar tambang menjadi kecemasan, duka dan derita Gereja Keuskupan Ruteng.***Mateus Batubara, OFM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar