Senin, 26 Juli 2010

Uskup Ruteng, Mrg. Hubertus Leteng, Pr "Alam: Hak dan Rumah Bagi Semua*


Uskup Ruteng, Mrg. Hubertus Leteng, Pr



Ruteng,_-alam dunia ini, juga di wilayah Pantura Barat ini, dari Reo sampai Labuan Bajo, kita tidak berada sendiri. Kita tidak tinggal sendiri dan kita tidak hidup sendiri. Kita hidup bersama dan tinggal bersama dengan begitu banyak orang. Bahkan kita tidak hanya hidup dengan sesama manusia, tetapi juga kita tinggal dan hidup dengan begitu banyak makhluk lain di dunia ini. Ada hewan-hewan atau binatang-binatang, ada burung-burung, ada tumbuh-tumbuhan dan ada pohon-pohon, baik di darat maupun di laut. Semua manusia dan semua kita, semua hewan dan semua binatang, semua tumbuh-tumbuhan dan semua pohon-pohonan ada dan hidup di atas darat dan laut, ada dan hidup dalam lingkungan alam ini.

Semua manusia, semua kita dan semua ciptaan lain ada dan hidup di bumi ini dan di alam lingkungan ini bukan karena kemauan dan kehendak mereka sendiri, tetapi karena rencana dan kehendak Tuhan Allah. Dalam Injil kita mendengar, “segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia” (Yoh 1:3-5). Tuhan Allah merencanakan dan menghendaki segala sesuatu, baik kita manusia maupun makhluk ciptaan-ciptaan lain. Oleh Dia dan dalam Dialah semua manusia, semua kita dan semua makhluk ciptaan lain hidup dan memperoleh kehidupan.

Sebab itu, janganlah kita menjadi monopoli atas kehidupan. Jangan karena kita mempunyai uang, kita lalu seenaknya merusak, merebut dan mencabut hak hidup begitu banyak orang lain dan begitu banyak ciptaan lain di alam lingkungan ini. Jangan juga karena kita sudah memberi dan sudah menerima sejumlah uang, kita tidak lagi menghiraukan kehidupan banyak orang lain dan ciptaan-ciptaan lain di atas tanah ini dan di lingkungan alam ini. Tanah ini dan lingkungan alam ini bukan hanya untuk sejumlah orang yang punya uang seperti pemilik atau penguasa tambang dan semua yang mendapat uang dari usaha atau izin tambang. Tanah ini dan lingkungan alam ini ada untuk hidup banyak orang dan untuk hidup banyak makhluk ciptaan lain di wilayah Pantura Barat ini, dalam wilayah Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Barat ini.

Kita berdosa kepada Tuhan. Kita berdosa kepada diri sendiri. Kita berdosa kepada orang lain dan kita berdosa kepada semua makhluk ciptaan lain, kalau kita merusak dan mengeksploitasi tanah ini, alam ini dan lingkungan hidup ini hanya untuk kepentingan segelintir orang yang mau mendapat keuntungan uang yang banyak atau uang yang sedikit bagi hidup hari ini. Dosa itu ada batasnya. Salah itu ada batasnya. Kalau dosa dan kesalahan itu sudah melampaui batasnya, awas! Tuhan akan marah. Awas! Orang banyak mengamuk dan memberontak! Awas! tanah ini akan mengancam hidup kita! Awas! alam ini mengamuk dan awas! lingkungan hidup ini menyiksa kita.

Tuhan mungkin masih bisa sabar! Manusia juga mungkin masih bisa sabar. Tetapi tanah ini, alam dan lingkungan hidup ini amat sulit kompromi dengan kita. Pada waktunya kita mengalami penyakit yang aneh-aneh, menderita kekeringan yang hebat, mata air menjadi kering, hujan tidak turun-turun atau kalau hujan turun, dia seperti ditumpahkan dari langit sampai merusak tanaman-tanaman kita karena banjir yang hebat dan angin ribut yang dahsyat. Begitu juga makhluk ciptaan lain, hewan-hewan dan binatang-binatang di atas bumi dan di lingkungan alam ini, tidak terlalu mudah dijinakkan dan dirayu untuk bersahabat dengan manusia. Kalau sikap dan perilaku manusia kelewat batas terhadap alam dan lingkungan hidup, pada waktunya hama belalang atau hama tikus, hama ular atau hama burung akan datang menyerbu kebun kita dan menyusahkan hidup kita. Prinsipnya, kalau kita merusak tanah ini, merusak alam ini dan lingkungan hidup ini, pada gilirannya juga, tanah ini dan lingkungan hidup ini akan merusak hidup kita. Kata Paus Yohanes Paulus II dalam amanatnya pada Hari Perdamaian Seluruh Dunia, 1 Januari 2007, "mengabaikan lingkungan hidup selalu merugikan keberadaan manusia juga, dan sebaliknya” mencintai dan memperhatikan lingkungan hidup selalu menguntungkan dan menolong manusia juga. (Sebagaimana dikutip oleh Mgr. Ignatius Suharyo, The Catholic Way Kekatolikan dan Keindonesiaan Kita, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2009, p. 185.)

Karena itu, kita harus melindungi dan memelihara tanah, alam dan lingkungan hidup yang masih sisa dan yang belum dirusakkan ini. Jangan lagi menambah kerusakan dan eksploitasi atas tanah ini, alam ini dan lingkungan hidup ini. Cukuplah sudah keserakahan manusia dan berhentilah sudah kerakusan orang-orang yang mempunyai uang untuk tiada henti-hentinya mengeruk isi perut bumi ini dengan usaha tambang, jaga reno tana ho’o (awas! hilang dan tenggelam tanah dan wilayah ini). Biarkanlah tanah ini, alam ini dan lingkungan hidup ini “menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi” ini (Kej 1:11). Kita semua, khususnya bapa ibu di wilayah ini hidup dari tanah ini, dari alam ini dan dari lingkungan hidup ini. Sebab itu, kita harus menyelamatkan dan memelihara tanah, alam dan lingkungan hidup yang masih sisa ini dan belum diapa-apakan ini.

Sedangkan tanah, alam dan lingkungan hidup yang sudah sakit, sudah luka dan sudah rusak di depan mata kita ini dan di mana saja di wilayah Keuskupan Ruteng ini, haruslah kita sembuhkan dan kita obati, haruslah kita pulihkan dan kita kembalikan hak hidup dan tujuan keberadaannya seperti semula di bumi ini, yakni memuliakan Allah dan menyelamatkan manusia. Karena itu, hendaklah kita semua, khususnya umat dan masyarakat di wilayah ini mesti merasa terpanggil untuk memulihkan dan mengembalikan kondisi tanah, alam dan lingkungan hidup ini menurut rencana dan kehendak Tuhan bagi kita semua dan bagi seluruh umat dan masyarakat yang tinggal dan berada di wilayah Pantura Barat ini.

Tanah ini, alam ini dan lingkungan hidup ini diciptakan bagi kehidupan dan keselamatan masyarakat dan umat di wilayah ini, baik generasi sekarang maupun generasi masa depan. Sejak awal mula hingga selama-lamanya, umat dan masyarakat di sini hidup dari pertanian dan nelayan, hidup dari darat dan laut yang ada di tanah ini, di alam ini dan di lingkungan hidup ini. Akan tetapi bila tanah ini, alam ini dan lingkungan hidup ini rusak, hilang dan tenggelam oleh karena tambang, ke mana umat dan masyarakat sekalian lari untuk tinggal, untuk hidup dan berkembang? Nia mais kole meu mose, eme rusak ko reno tanah ho’o wajo le tambang (dari mana lagi kamu hidup, bila tanah ini rusak dan tenggelam karena tambang)? Apa kamu bisa tinggal di langit dan mendapat makanan dari langit? Apa kamu bisa merebut dan merampas tanah-tanah baru di wilayah-wilayah lain? Karena itu, sembuhkanlah dan obatilah tanah, alam dan lingkungan hidup yang sudah rusak ini! Berdoalah kepada Tuhan dan Bunda Maria Torong Besi ini. Mintalah juga bantuan dan uluran tangan dari orang-orang lain, para pecinta dan pelindung alam dan lingkungan hidup ini!

“Apa yang sedang kau makan itu, Nasrudin?” “Apel ayah,” jawab Nasrudin. “Hati-hati dengan ulatnya,” ayahnya memberi peringatan. “Masa bodoh dan malas tahu, ayah” jawab Nasrudin. “Kalau saya sedang makan apel, mestinya ulat-ulat itulah yang harus pandai-pandai menjaga diri.” (Tim Redaksi Arena, Cabe Rawit, Penerbit Arena, Jakarta, 1993, p. 60-61.) Untuk kondisi wilayah kita, usaha tambang itu ibarat buah apel. Ia tampaknya indah, menarik perhatian dan menggugah minat dan memancing selera karena janji-janji atau tawaran-tawaran uang. Namun di wilayah kita ini usaha tambang itu sesungguhnya menyimpan dan menyembunyikan ulat-ulat yang merusak ekologi, menghancurkan tanah dan alam ini serta membawa kebusukan bagi keutuhan hidup manusia, bagi keutuhan hidup kita di sini. Tetapi kalau ada orang yang masa bodoh dan malas tahu seperti Nasrudin, jangan marah, itu dosa dan kesalahanmu sendiri, itu beban dan penderitaanmu sendiri.***

* Kotbah Uskup Ruteng dalam perayaan Ekaristi Kunjungan ke Lokasi Tambang di Reok, Kab Manggarai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar